Oleh: Santi Novita Arieanti, M.Psi., PsikologPerubahan-perubahan pada masa kini yang berbeda dengan masa sebelumnya yang dihadapi oleh anak dan remaja Anak-anak dan remaja saat ini sedang hidup di abad 21 yang memiliki corak berbeda dengan kehidupan abad-abad sebelumnya. Abad ini ditandai oleh perubahan yang berjalan sangat cepat, kompleks, sulit diprediksi dan kompetitif. Dari sisi pemikiran, pada abad ini terjadi pergeseran paradigma ”knowledge is power menuju idea is power”. Oleh karena itu, abad ini membutuhkan kecakapan individu (soft competence) yang dapat digunakan anak-anak dan remaja merespon tuntutan perubahan yang cepat itu dengan segala kompleksitas persoalannya. Perubahan-perubahan terjadi dalam beberapa bidang diantaranya: Teknologi Dalam bidang teknologi, kondisi sebelum abad 21 menampilkan komunikasi antar bangsa, negara, wilayah yang tidak mudah dilakukan. Banyak keterbatasan yang dihadapi, sehingga peristiwa yang terjadi di satu tempat tidaklah mudah diketahui oleh orang-orang yang tinggal di tempat lain. Dunia menjadi terpisah-pisah dalam ruang dan waktu. Kejadian di Amerika tidak akan mudah diketahui oleh mereka yang tinggal di belahan bumi lainnya seperti Eropa, Asia, Afrika, dan Australia. Dengan demikian pikiran, pandangan, gaya hidup masyarakat di wilayah tertentu bersifat lokal dan khusus, mengacu pada kebiasaan dan budaya setempat. Kondisi tersebut memunculkan berbagai ragam tatanan masyarakat dan gaya hidup. Keterbatasan komunikasi juga mengisolir peristiwa yang berlangsung di wilayah tertentu, misalnya di Indonesia peristiwa yang terjadi di Yogjakarta, akan lama sekali beritanya sampai di Irian Jaya. Namun, berkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjelang abad 21, jarak tampaknya tidak lagi menjadi masalah. Menit ini peristiwanya terjadi, menit berikutnya seluruh dunia bisa mengetahuinya. Ditemukannya satelit membuat komunikasi menjadi lebih mudah. Kemudahan komunikasi inilah yang membawa penghuni dunia ke dalam kehidupan bersama, yang memungkinkan mereka saling berinteraksi, mempengaruhi dan dipengaruhi, juga dalam memilih dan menentukan pandangan serta gaya hidup. Perubahan teknologi dengan bermunculannya berbagai macam gadget, juga mempengaruhi gaya hidup anak-anak dan remaja saat ini. Sebelum abad 21, pemilik gadget hanya orang-orang yang berstatus ekonomi atas. Sedangkan saat ini semua jenis status ekonomi yaitu menengah keatas dan menengah ke bawah dapat memiliki berbagai macam gadget. Hal ini sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat saat ini. Tidak heran muncul istilah “gadget mendekatkan orang yang jauh dan menjauhkan orang yang dekat”, artinya adalah orang bermain gadget berinteraksi dengan orang lain di dunia maya yang berada di segala penjuru dunia tetapi malah tidak memperhatikan atau tidak berkomunikasi dengan orang yang berada di sebelahnya. Budaya Budaya instan juga muncul karena kemajuan teknologi. Teknologi saat ini yang mempunyai kecepatan super cepat, dapat memperoleh informasi dengan kecepatan seper sekian detik, banyak alat-alat yang mempermudah orang dalam berkegiatan, hal ini semua mempengaruhi daya juang masyarakat saat ini. Masyarakat sebelum abad 21 membutuhkan usaha yang lebih dalam memperoleh sesuatu karena keterbatasan teknologi saat itu. Sedangkan anak-anak dan remaja saat ini telah dimanjakan berbagai teknologi yang membuat mereka kurang memahami arti dari sebuah usaha dan kerja keras dalam memperoleh sesuatu. Masyarakat saat ini hanya melihat hasil, kurang dalam melihat proses dari sesuatu. Padahal yang terpenting adalah proses itu sendiri. Dalam proses tersebut banyak pengalaman yang dapat diperoleh untuk kematangan mental tiap orang. Gaya hidup Terjadi globalisasi pada abad 21, gaya hidup pun tidak bisa menghindar atau mengelak dari pengaruhnya. Pengaruh yang datang tak lagi bisa dibendung, mengalir deras tanpa batas. Film, surat kabar, majalah, radio, televisi gencar menyuguhkan pemikiran, sikap dan perilaku yang sebelumnya tidak dikenal. Gaya hidup baru yang diberi label ‘modern’ diperkenalkan secara luas. Naisbitt dan Aburdene (1990) sebagaimana dikutip oleh Sri Mulyani Martaniah (1991) mengatakan bahwa era globalisasi memungkinkan timbulnya gaya hidup global. Tumbuhnya restoran dengan menu khusus dari mancanegara semakin menjamur, menggeser selera masyarakat yang semula bertumpu pada resep-resep tradisional. Gaya berpakaian dipengaruhi oleh mode yang diciptakan oleh perancang kelas dunia. Kosmetika, aksesori, dan pernak-pernik lainnya untuk melengkapi penampilan tidak lepas dari pengaruh era globalisasi, seperti halnya tata busana. Selain mode, dunia hiburan juga tersentuh. Munculnya kafe, club malam, rumah bola (bilyard) memberi warna baru dalam kehidupan masyarakat. Demikian pula kegiatan pasar. Bentuk-bentuk pasar tradisional yang memungkinkan terjadinya keakraban antara penjual dan pembeli, sehingga keterlibatan emosional ikut mewarnai, perlahan menghilang dan berganti dengan transaksi ekonomi semata ketika muncul pasar-pasar swalayan. Nilai (value) Nilai-nilai (value) juga terpengaruhi karena manusia tak lepas dari lingkungannya. Kecenderungan mengikuti gaya hidup yang baru, yang "trendy" dan menempatkan nilai-nilai baru dalam ukuran keberhasilan telah merusak dan menghancurkan nilai-nilai tradisional yang sebelumnya dipegang teguh dan diyakini sebagai kebenaran. Nilai yang mementingkan kebersamaan dan menumbuhkan sikap gotong royong diganti oleh nilai individualistis. Nilai yang meletakkan unsur spiritual berganti dengan unsur materi. Sikap yang mementingkan keselarasan dalam kehidupan bersama, sebagaimana yang telah mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia, diubah menjadi sikap yang selalu mau bersaing dan memenangkan persaingan, tidak peduli apapun caranya dan siapapun yang dihadapi. Kehidupan keluarga Kehidupan dalam keluarga juga ikut terpengaruh pada abad 21 ini. Perkembangan kehidupan keluarga yang mewarnai abad 21 memunculkan penampilan ibu yang berbeda dalam peran dan fungsinya selaku penyelenggara rumah tangga dan pendidik anak. Seiring dengan munculnya ibu yang berkegiatan di luar rumah (bekerja, melakukan kegiatan sosial-budaya), kehadiran ibu yang tidak lagi 24 jam di rumah menimbulkan pertanyaan tentang hasil yang bisa diharapkan dari pola asuhan dan pendidikan dalam situasi seperti itu. Jika ibu sibuk bekerja di luar rumah, dapat dibayangkan perkembangan dan keadaan anak di rumah yang seharusnya ditemani oleh ibu sebagai pendidik utama. Pengganti ibu adalah ayah, sedangkan ayah juga sibuk bekerja di luar rumah, bahkan cenderung meningkat seiring dengan tuntutan kehidupan abad 21. Padahal kehadiran itu sangat diperlukan anak, tidak peduli berapapun umurnya, sebab proses pendidikan berlangsung selama masa perkembangannya, sejak kanak-kanak sampai dewasa. Jadi, bukan hanya balita (anak berumur di bawah lima tahun) yang memerlukan kehadiran bapak dan ibu, tetapi juga anak pada tahapan perkembangan selanjutnya, yakni mereka yang berada dalam tahap perkembangan kanak-kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda, dewasa. Mencari pengganti ibu di rumah merupakan masalah yang mewarnai abad 21. Tidak mudah memperoleh pengasuh anak. Hampir tidak ada lagi pengasuh anak dalam keluarga yang bisa membantu ibu dan berperan turun temurun, dari generasi ke generasi, seperti yang pernah dialami pada era sebelumnya. Unsur kesetiaan dan pengabdian sudah berubah menjadi transaksi ekonomi semata, sekadar menjual dan memakai jasa. Selain itu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menitipkan anak di Tempat Penitipan Anak (TPA). Pendidikan Masalah pendidikan anak yang mewarnai abad 21 perlu disikapi sungguh-sungguh sejak sekarang. Bekal untuk anak agar bisa tumbuh dan berkembang sebagai sosok pribadi yang sehat jasmani dan rohani, tangguh dan mandiri serta mampu beradaptasi dalam era globalisasi ini menjadi semakin perlu diperhatikan kualitasnya. Kondisi abad 21 yang memberi peluang besar bagi bangsa-bangsa di dunia untuk saling berinteraksi, sekaligus membawa ke suasana kompetisi atau persaingan yang semakin ketat dalam memperoleh kesempatan untuk mengisi kehidupan dan membuatnya menjadi bermakna (bisa sekolah, bisa bekerja dan mencari nafkah, dan sebagainya). Dengan kondisi saat ini sangat mudah untuk mendapat segala macam informasi dan ilmu pengetahuan. Diharapkan masyarakat terutama anak dan remaja dapat memanfaatkan untuk memperkaya wawasan dan keterampilan. Penguasaan berbagai bahasa juga dibutuhkan dalam abad 21 karena telah banyak peluang dalam berinteraksi antar bangsa. Referensi:
Feldman, Papalia Olds. 2009. Human Development Perkembangan Manusia. Penerbit Salemba Humanika: Jakarta. Santosa, Elizabeth T. 2015. Raising Children In Digital Era. Penerbit Gramedia. Jakarta.
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2015
Categories |