Oleh: Santi Novita Arieanti, M.Psi., Psikolog Sebagai orang tua, pasti kita ingin hubungan kita dengan anak terjalin dengan baik dan harmonis. Untuk mewujudkan itu, kita harus memahami pikiran, perilaku dan perasaan anak. Bagaimana caranya supaya bisa memahami pikiran, perilaku, dan perasaan anak? KONEKSI. Kita harus terkoneksi atau terhubung dengan anak kita. Koneksi ini tidak bisa tiba-tiba muncul atau terhubung begitu saja. Perlu konsistensi dan dilatih terus menerus supaya orang tua terkoneksi erat dengan anak. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam membangun koneksi: 1. Menolak konsep pikiran negatif Khawatir apa yang akan terjadi di masa depan, mengungkit kejadian yang lalu. Harus lihat apa yang terjadi saat ini. Serta menghindari penolakan tentang latar belakang penyebab perilaku, perasaan, dan pikiran anak saat ini. 2. Chase the why Cari tahu akar permasalahan atau alasan dibalik perilaku, perasaan, dan pikiran anak. 3. Think about the how Bereaksi positif dalam menghadapi perilaku, perasaan, dan pikiran anak. Saat membangun koneksi dengan anak, orang tua juga harus selalu mengingat 3 prinsip disiplin yang positif, yaitu: 1. Disiplin adalah mengajarkan. Lalu ada pertanyaan: - WHY? Kenapa anakku bertindak seperti ini? - WHAT? Pelajaran apa yang akan aku ajarkan padanya? - How? Bagaimana aku dapat mengajarkan hal itu? 2. Prinsip - Tunggu sampai anak siap dan anda juga. - Konsisten dan tidak kaku pada situasi yang terjadi. ![]() 3. Mindsight - Insight: bantu anak memahami perasaan mereka dan respon mereka. - Empathy: latih anak memahami perasaan orang lain dari dampak perilakunya. - Repair: tanya kepada anak, apa yang dapat dia lakukan untuk memperbaiki perilakunya. Setelah mengetahui dasarnya, terkadang orang tua masih bingung. Bagaimana cara konkritnya supaya koneksi dengan anak bisa terbentuk? Apakah Tindakan yang harus dilakukan? Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan rumus REDIRECT ACTION. RUMUS REDIRECT 1. REDUCE WORDS (Mengurangi Kata-kata) Untuk menghadapi masa anak dan remaja, hindari godaan berbicara terlalu banyak ketika menerapkan proses disiplin atau Ketika anak berperilaku tidak sesuai dengan keinginan kita. Cobalah bertanya kepada anak dan dengarkanlah alasan dari perbuatannya. Diskusi kolaborasi antara orang tua dan anak dapat menggiring pada proses belajar dan mengajar yang penting. Tanpa membanjiri anak dengan “omelan”. Sebagai gantinya daripada “omelan”, bisa dicoba car aini untuk mengatasi perilaku buruk pada anak: ![]() Langkah 1: Atasi perasaan dibalik perilaku Langkah 2: Atasi perilakunya Langkah 3: Beri alternatif Langkah 4: Move on! 2. EMBRACE EMOTIONS (Memahami Emosi Anak)
Menolong anak memahami perasaannya: - Dengarkan dengan penuh perhatian saat anak mengajak berbicara. Hentikan dulu kegiatan yang kita lakukan. Serta melakukan kontak mata dengan anak, sehingga anak merasa didengarkan oleh kita. - Akui perasaan mereka dengan memberikan respon singkat. Misalnya: saat anak bercerita pengalamannya di sekolah, beri tanggapan “Wah gitu ya”, “Bagus”, “Oke”. - Beri nama pada perasaan mereka. “Kamu merasa sedih yak arena bukumu hilang”, “Kamu senang ya akan bertemu temaan-teman”. 3. DESCRIBE (Menjelaskan seperlunya, bukan Ceramah) - Hindari sikap otoritas dan menuntut. - Hindari menyerang anak dengan menyalahkannya. - Jelaskan kejadian yang terjadi pada saat itu. 4. INVOLVE CHILD IN THE DISCIPLINE (Melibatkan Anak) - Libatkan anak dalam proses disiplin karena anak akan merasa dihargai. (“Seminggu ini kamu tiap hari di depan komputer atau hp. Itu kurang cocok buatmu. Yok kita bikin rencana!”) - Biarkan anak membuat keputusan. (“Hari ini kamu pengen pakai baju warna apa? Pink atau biru sayang?”) - Hargai atas perjuangan anak. (“Toples itu emang susah dibuka ya.. Coba kamu tarik pinggir tutupnya pakai sendok.”) 5. REFRAME a NO INTO a CONDITIONAL YES (Membingkai kata TIDAK dengan YA BERSYARAT) Misalnya saat anak masih ingin bermain dengan temannya namun sudah waktunya pulang, bisa mengatakan “Kamu masih bisa bermain dengan teman-temanmu, bagaimana kalua dilanjutkan akhir minggu ini?”. 6. EMPHASIZE THE POSITIVE (Memberikan Respon yang Positif) - Fokus pada perilaku anak yang anda ingin mereka mengulanginya lagi. - Biarkan mereka tahu bahwa anda mengamati dan menghargai ketika mereka berperilaku baik. 7. CREATIVELY APPROACH THE SITUATION (Kreatif Menciptakan Suasana Ceria) Orang tua dan anak menjadi fleksibel. Misalnya saat anak tidak mau memakai baju, “Wah ini ada gua, guanya kecil, kepala adik bisa masuk tidak ya? Yuk dicoba.” 8. TEACH MINDSIGHT TOOLS Referensi: Faber, Adele & Mazlish, Elaine. 1982. How to talk so kids will listen and listen so kids will talk. New York: Wade Publisher. Siegel, D. J. & Bryson, T. P. (2014). “No – Drama Discipline: The Whole – Brain Way to Calm the Chaos and Nurture your Child’s Developing Mind”. New York: Penguin Random House Company.
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2015
Categories |