Oleh: Santi Novita Arieanti, M.Psi., Psikolog Emosi itu banyak namanya/jenisnya. Setiap hari pasti kita merasakan emosi. Bisa emosi positif atau emosi negatif. Kita harus bisa mengenali emosi yang sedang dirasakan. Untuk apa? Supaya kita bisa mengatasinya, menyalurkannya dengan tepat, dan bisa berempati dengan emosi anak atau orang lain. Emosi adalah perasaan yang kita rasakan mengenai suatu kejadian atau suatu hal. Terkadang tidak mudah untuk memahaminya. Kita perlu tahu apa saja nama-nama emosi. Kenapa harus mengenali emosi?
- Bisa mengelola dan mengekspresikan emosi dengan tepat. - Bisa memberikan nama pada perasaan yang sedang dirasakan. - Bisa mengungkapkan perasaan kepada orang lain. - Bisa berempati dengan perasaan orang lain. Lalu setelah mengenal nama-nama emosi, apa yang harus dilakukan? Hal yang paling penting yaitu meregulasi emosi. Apa itu regulasi emosi? Regulasi emosi merupakan proses intrinsik dan ekstrinsik yang bertanggungjawab atas monitoring, evaluasi, dan memodifikasi reaksi emosi untuk mencapai suatu tujuan (Thompson, 1994). Seseorang yang mampu mengontrol emosi dan usaha tersebut sesuai dengan tujuan dan situasi maka individu dapat dikatakan memiliki regulasi emosi yang adaptif. Sebaliknya, individu yang kesulitan mengontrol emosi sesuai dengan tujuan maka disebut memiliki disregulasi emosi (Morelen, Shaffer & Suveg, 2014). Cole, Martin, dan Dennis (dalam Eisenberg & Spinrad, 2004) mengatakan bahwa regulasi emosi merupakan perubahan yang diasosisasikan dengan aktivasi emosi. Hal ini meliputi perubahan emosi itu sendiri dan proses psikologis. Individu dengan regulasi emosi dapat memilih emosi yang dirasakan, kapan dan bagaimana 8 mengalami emosi tersebut dan bagaimana mengekspresikannya. Proses regulasi emosi ini sendiri dapat terjadi secara otomatis atau terkontrol, sadar atau tidak sadar dan berdampak pada satu atau lebih hal dalam proses generalisasi emosi (Gross, 1998). Proses Regulasi Emosi, Gross (2001) menyebutkan lima tingkat proses berdasarkan model proses regulasi diri. Tahapan terjadinya regulasi emosi diri ini adalah sebagai berikut: 1. Situation selectionMerupakan tahapan dimana seseorang memilih emosi yang mungkin akan muncul pada situasi tertentu. Emosi yang dikenal ini merupakan dasar dari sikap yang akan diambil selanjutnya. Misalnya seseorang cenderung memilih pergi dengan teman yang menyenangkan semalam sebelum ujian, daripada belajar di detik-detik terakhir dengan teman yang pencemas. 2. Situation modification Pada tahap ini seseorang mengubah atau memodifikasi situasi di sekitar untuk mempengaruhi kondisi emosinya. Misalnya, ketika ada teman bertanya mengenai kesiapan untuk menghadapi ujian, ia cenderung meminta untuk membicarakan hal lain. 3. Attentional deployment Pada tahap ini seseorang banyak fokus terhadap aspek tertentu sehingga emosinya lebih terpusat. Misalnya mengalihkan perhatiannya pada hal lain sama sekali berbeda. 4. Cognitive change Seseorang mencoba mengubah cara berpikir mengenai situasi yang terjadi atau melihat situasi tersebut dari sudut pandang yang berbeda. Dengan mengubah sudut pandang ini seseorang akan memiliki alternatif emosi yang lain. Misalnya, ketika makan malam bersama teman ia mengingat kembali mengenai tes di keesokan harinya. Maka ia mencoba menenangkan diri dan membuat keyakinan bahwa tes tersebut adalah hal yang biasa dan bukan merupakan instrumen untuk menilai baik buruk seorang manusia. 5. Response modulation Pada tahapan ini seseorang mengubah perasaan, sikap, perilaku dan fisiologi setelah respon multisistem sedang berlangsung. Misalnya menyembunyikan rasa malu ketika gagal dalam tes. Untuk contoh regulasi emosi lebih jelasnya, saya akan memberikan contoh cara meregulasi emosi negative untuk anak. Saat merasa cemas atau stress, yang bisa dilakukan anak adalah: - Berhitung perlahan 1.. 2.. 3.. 4.. 5.. - Manarik dan membuang napas perlahan dan dalam. - Mengepalkan tangan, lalu melepaskannya. - Meminta pelukan orang terdekat atau terkasih. - Minum air. - Menggambar. - Keluar bermain bola atau berlarian - Memukul bantal. - Mendengarkan music atau bernyanyi. - Membaca buku. - Berdiskusi dengan orang tua. Referensi: Gross, J.J. (1998). The emerging field of emotion regulation: An integrative review. Review of General Psychology, 2(3), 271-299 Gross, J.J. (2001). Emotion regulation in adulthood: Timing is everything. Current Directions in Psychological Sciences, 10(6), 214-219 Thompson, R.A. (1994). Emotion regulation: A theme in search of definition. Society for Research in Child Development, 59(2/3), 25-52
0 Comments
Leave a Reply. |
Archives
December 2015
Categories |